[Majlis Akidah] Berawal
dari tanah dan bakal balik lagi ke tanah. Dengan segala kelemahan dan kehinaan
asal penciptaannya, kita sebagai manusia kudunya sadar, tak layak sedikit pun
untuk bersikap sombong alias takabbur.
Harta yang kita banggakan ketika di dunia,
nyatanya tidak dibawa hingga ke liang lahad kita. Seabreg-abreg harta yang kita
kumpulkan waktu masih hidup, tak seperak pun diselipkan keluarga ke dalam kain
kafan yang membungkus kita.
Tahta dan jabatan, nyatanya _ jika kita sudah
meninggal, titel yang diberikan orang-orang yang menghormati kita di dunia cuma
satu, almarhum atau almarhumah. Hanya
orang iseng yang numpang lewat sambil terbungkuk-bungkuk ketika melewati
kuburan pejabat, mengejek bisa jadi.
Keluarga, orangtua, anak, kakak, adik, suami,
isteri, sobat karib, kawan sejati, atau soulmate sekalipun, tak satu pun dari
mereka yang mau menemani kita. Orang-orang yang mengaku menyayangi kita _dan
kita juga sayang kepada mereka, tak satu pun yang rela dan ikhlas menemani kita
di dalam kubur.
Mereka yang ikhlas sambil menahan sedih melihat
jenazah kita terbujur kaku di pembaringan. Anggota keluarga yang memandikan
kita dengan perlahan-lahan. Karib kerabat yang mengkafani kita dengan lembut
penuh kasih sayang. Saudara-saudara
semuslim yang ikhlas menshalatkan kita dengan
empat takbir dan menguburkan kita. Semuanya meninggalkan kita.
Lantas, siapa yang sejatinya bakal menemani
kita? Yang setia hingga kita ditimbun tanah dan ditinggalkan oleh orang-orang
yang menyayangi kita? Yups! Betul. Hanya amal yang akan menemani kita. Hanya hasil
dari perbuatan yang kita lakukan di dunia yang akan mendampingi kita. Lain
tidak.
Babak baru dalam perjalanan kita menuju Allah
dimulai. Persis setelah orang-orang yang mengurus dan menangisi jenazah kita
pulang ke rumahnya masing-masing. Sejenak
bersedih lantaran kehilangan kita. Tapi dalam waktu sebentar saja _ dijamin, mereka
akan kembali sibuk dengan urusan-urusan mereka di dunia. Hanya yang ingat saja,
yang sesekali menjenguk dan mendo’akan kita yang sudah tiada. ***
Jadi introspeksi diri,
BalasHapusMasih banyak yang belum saya lakukan.
Terima kasih sudah diingatkan
Hidup itu tidak pasti. Tapi kematian itu pasti. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bahkan satu detik dari sekarang. Untuk itu hargailah hidup kita untuk selalu melakukan kebajikan, bukan sebaliknya.
BalasHapus