"إن عدم العلم بالدليل ليس حجة والعلم بعدم الدليل حجة"

“Tidak mengetahui adanya dalil itu bukan hujjah, yang menjadi hujjah adalah mengetahui tidak adanya dalil.”


[Ibnu Quddamah]

Rabu, 05 Desember 2012

Makna Iqra'



[Majlis Umum] Kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. adalah Iqra alias perintah membaca. Lantaran begitu penting, dalam rangkaian wahyu pertama tersebut, kata ini diulang sebanyak dua kali.
Sebelum turunnya al-Quran, Rasulullah saw. nggak pernah membaca satu kitab pun (Al-Ankabut:48). Berulang-ulang, Malaikat Jibril menyampaikan kata iqra itu sambil merangkul beliau, namun beliau masih keukeuh memastikan, “Saya tidak bisa baca.” Meski demikian, perintah iqra di sini nggak hanya buat pribadi beliau semata, tapi ditujukan bagi seluruh umat manusia.
“Apa yang mesti dibaca?” Dalam banyak ayat ditemukan, objek kata iqra dan turunannya memiliki arti yang sangat luas; ayat tertulis dan yang nggak tertulis (Al-Isra: 14 dan 45). Iqra mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat, dan diri sendiri. Jadi sifatnya masih umum, bisa ayat-ayat suci, majalah, koran, dan sebagainya.
Tapi sobat, perintah iqra yang memiliki arti membaca, meneliti, dan menghimpun ini dikaitkan dengan kata “bismi rabbika” (dengan nama Tuhanmu). Artinya selain membacanya dengan ikhlas, kita dituntut kudu pandai memilih bahan bacaan dan menghindari bacaan-bacaan yang menjauhkan kita dari keridaanNya.
Kata iqra selanjutnya dikaitkan dengan kata “wa rabbuka al-akram” yang mengandung arti, Tuhan  bakal ngasih segala yang terpuji bagi siapa saja yang gemar membaca. Orang yang membaca_ apapun iti, jika ikhlas karena Allah, maka Allah bakal ngasih dia ilmu pengetahuan, pemahaman, dan wawasan-wawasan baru meskipun yang dibacanya itu-itu juga.
Dengan membaca, tugas manusia sebagai hamba dan khalifah Allah bakal terlaksana dengan baik. Iqra  merupakan jalan yang mengantarkan pada derajat kemanusiaan yang sempurna. Semakin luas pembacaan, semakin tinggi peradaban.
Ilmu nggak bisa diperoleh tanpa terlebih dahulu melakukan qiraat, membaca dalam arti yang luas. Tugas sebagai khalifah, menuntut hubungan manusia dengan manusia, dengan alam, dan hubungan dengan Allah. Melaksanakan tugas itu butuh bimbingan pengenalan terhadap alam raya. Pengenalan ini nggak bakal tercapai tanpa usaha qiraat; membaca, menelaah, dan mengkaji.
Moyang kita, Nabi Adam as. memperoleh ilmu dengan membaca. Dengan ilmu, ia memiliki kelebihan ketimbang Malaikat yang meragukan kemampuan manusia buat jadi khalifah dalam membangun peradaban. Dengan ibadah yang didasari oleh ilmu yang benar, manusia menduduki tempat terhormat, sejajar, bahkan melebihi kedudukan umumnya malaikat. 
Membaca jadi syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Berdasarkan hal tersebut, nggak heran jika iqra  menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh Allah swt. kepada manusia. ***

1 komentar:

  1. Oooh... Kalo baca buku yang "dalam tanda petik" gimana, dong?

    BalasHapus