[Majlis Umum] Kata pertama dari wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. adalah Iqra alias perintah membaca. Lantaran begitu penting, dalam
rangkaian wahyu pertama tersebut, kata ini diulang sebanyak dua kali.
Sebelum turunnya
al-Quran, Rasulullah saw. nggak pernah membaca satu kitab pun (Al-Ankabut:48). Berulang-ulang, Malaikat
Jibril menyampaikan kata iqra itu
sambil merangkul beliau, namun beliau masih keukeuh
memastikan, “Saya tidak bisa baca.” Meski demikian, perintah iqra di sini nggak hanya buat pribadi
beliau semata, tapi ditujukan bagi seluruh umat manusia.
“Apa yang mesti
dibaca?” Dalam banyak ayat ditemukan, objek kata iqra dan turunannya memiliki arti yang sangat luas; ayat tertulis
dan yang nggak tertulis (Al-Isra: 14 dan 45). Iqra mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat, dan diri
sendiri. Jadi sifatnya masih umum, bisa ayat-ayat suci, majalah, koran, dan
sebagainya.
Tapi sobat, perintah iqra yang memiliki arti membaca,
meneliti, dan menghimpun ini dikaitkan dengan kata “bismi rabbika” (dengan nama Tuhanmu). Artinya selain membacanya
dengan ikhlas, kita dituntut kudu pandai memilih bahan bacaan dan menghindari
bacaan-bacaan yang menjauhkan kita dari keridaanNya.
Kata iqra selanjutnya dikaitkan dengan kata “wa rabbuka al-akram” yang mengandung
arti, Tuhan bakal ngasih segala yang
terpuji bagi siapa saja yang gemar membaca. Orang yang membaca_ apapun iti,
jika ikhlas karena Allah, maka Allah bakal ngasih dia ilmu pengetahuan,
pemahaman, dan wawasan-wawasan baru meskipun yang dibacanya itu-itu juga.
Dengan membaca, tugas
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah bakal terlaksana dengan baik. Iqra merupakan jalan yang mengantarkan pada derajat
kemanusiaan yang sempurna. Semakin luas pembacaan, semakin tinggi peradaban.
Ilmu nggak bisa
diperoleh tanpa terlebih dahulu melakukan qiraat,
membaca dalam arti yang luas. Tugas sebagai khalifah, menuntut hubungan
manusia dengan manusia, dengan alam, dan hubungan dengan Allah. Melaksanakan
tugas itu butuh bimbingan pengenalan terhadap alam raya. Pengenalan ini nggak
bakal tercapai tanpa usaha qiraat; membaca,
menelaah, dan mengkaji.
Moyang kita, Nabi Adam
as. memperoleh ilmu dengan membaca. Dengan ilmu, ia memiliki kelebihan
ketimbang Malaikat yang meragukan kemampuan manusia buat jadi khalifah dalam
membangun peradaban. Dengan ibadah yang didasari oleh ilmu yang benar, manusia
menduduki tempat terhormat, sejajar, bahkan melebihi kedudukan umumnya
malaikat.
Membaca jadi syarat pertama dan utama bagi
keberhasilan manusia. Berdasarkan hal tersebut, nggak heran jika iqra menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh
Allah swt. kepada manusia. ***
Oooh... Kalo baca buku yang "dalam tanda petik" gimana, dong?
BalasHapus